Twitter Instagram

Menanti sang pemoles “Permata Hijau” Wondama

Nelayan rumput laut di Kampung Yomber ketika melakukan sortiran rumput laut yang akan dijadikan bibit.(foto : Abe Yomo)

Ekosistem rumput laut adalah lokasi perkembangbiakan ikan dan kerang yang mendukung ketersediaan pangan bagi manusia. Rumput laut juga menyerap emisi karbon dalam jumlah yang sangat besar. Sehingga peran rumput laut dalam mengurangi dampak pemanasan global dan perubahan iklim juga besar. Rumput laut menyerap 48-112 juta ton karbon setiap tahun. Saat rumput laut rusak karbon-karbon ini akan terlepas kembali ke atmosfer memicu pemanasan global.

“Jika kita bisa menjaga luas wilayah rumput laut, kita bisa memerlambat pemanasan global sekaligus mengembalikan potensi perikanan dunia,” ujar Dr. Megan Saunders, peneliti dari Global Change Institute, milik University of Queensland.

Rumput laut juga diklaim mampu membersihkan lautan dengan cara menangkap sedimen dan nutrisi yang masuk ke laut.

Di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat, luasan lahan rumput laut ditaksir 150 hektar, melingkupi 9 dari 13 Distrik. Terluas di Distrik Roswar ada 25 Hektar, kemudian 20 Hektar di Distrik Rumberpon, 20 Hektar di Distrik Windesi, 15 Hektar di Distrik Roon, 10 Hektar di Teluk Wauri dan sebagian lagi berada di Distrik Wamesa dan Sowepu.

Diperlukan suatu terobosan untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan rumput laut sebagai Permata Hijau di Teluk Wondama, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

 “ Kami masyarakat di sini, khususnya nelayan rumput laut pada awalnya sangat antusias. Sepanjang pesisir ini, dari ujung tanjung ini sampai ujung tanjung sana ( sambil menunjuk dua tanjung yang mengitari), semua tanam rumput laut. Tapi karena harganya tidak sesuai, akhirnya masyarakat  patah semangat, dan tidak serius lagi,” kata salah satu tokoh masyarakat Kampung Yomber, Amon Wandou, di Kampung Yomber, November 2021.

Dirinya berharap Pemerintah Daerah melalui Dinas Perikanan Kabupaten, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung dan instansi lainnya dapat berkolaborasi untuk memajukan usaha budidaya dan pengembangan rumput laut menjadi komoditi yang menjanjikan bagi masyarakat pesisir, khususnya para nelayan rumput laut.

Tokoh masyarakat lainnya, Kristian Munuai menambahkan bahwa masyarakat Yomber ingin sekali menggeluti usaha budidaya rumput laut, hanya saja informasi tentang prospek rumput laut ini belum sepenuhnya dipahami. Karena itu, dirinya minta agar informasi lengkap tentang rumput laut ini, khususnya tentang pasarannya dapat disampaikan kepada para petani rumput laut di Kampung Yomber.

“ Banyak yang sudah kase tinggal, tapi karena lihat ada satu dua orang yang kerja terus dengan rumput laut, akhirnya ikut lagi tanam rumput laut. Hanya saja masalah harga yang kecil ini yang bikin masyarakat malas,” jelasnya.

Tokoh masyarakat Yomber lainnya, Yason Wandau turut memberikan saran. Mantan Kepala Kampung Yomber ini berharap ada kolaborasi dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung dan dinas lainnya, agar usaha rumput laut ini dapat didukung juga dari dana kampung atau dana otonomi khusus. “ Kami minta agar dana kampung dan dana otsus juga bisa dipakai untuk mendukung usaha rumput laut,” ujar Yason.

Menanggapi hal itu, Bupati Kabupaten Teluk Wondama, Ir. Hendrik S. Mambor, MM menyatakan sudah memikirkan hal itu, dan saat ini sedang menunggu proses penyelesaian master plan Rumput Laut Kabupaten Teluk Wondama yang sedang diproses oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah ( Balitbangda ) Provinsi Papua Barat bersama tim ahli.

Dengan adanya master plan rumput laut, lanjut Mambor, persoalan rumput laut dari hulu sampai hilir dapat diketahui dengan cermat dan terukur. Hasil kajian itu yang akan diimplementasikan menjadi kegiatan-kegiatan yang nyata bagi masyarakat di Teluk Wondama.

Mambor berharap hasil master plan rumput laut ini ke depannya dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat di kampung-kampung di Teluk Wondama.(abe yomo)