
Cerita tentang kehidupan orang asli papua, selain dapat dibaca melalui tulisan di buku, jurnal dan majalah, dapat juga terlukis melalui media lainnya, seperti foto, video dan karya lukisan. Papuan voices, sebagai komunitas berhimpunnya filmmaker papua kemudian memanfaatkan momentum Kongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (KAMAN) VI untuk menampilkan sejumlah karya foto, video dan lukisan di Khalkote, Kampung Harapan Kabupaten Jayapura, hingga 30 Oktober mendatang.
Warga masyarakat lokal di Kota dan Kabupaten Jayapura bahkan para peserta kongres dari berbagai daerah yang mengikuti kegiatan AMAN di Sentani, dapat melihat karya-karya tersebut dipajang di salah satu stand di Khalkote
“Sebagian besar film dan foto ini menceritakan kehidupan masyarakat di Tanah Papua. Dengan adanya pameran ini kami ingin Peserta KMAN-VI ini bisa melihat lebih dekat Kehidupan dan permasalahan yang terjadi di Papua,” kata Harun Rumbarar Ketua Umum Papuan Voices, saat ditemui di lokasi festival Khalkote Kampung Harapan, Rabu(26/10/2022).
Film dan Foto menurut Harun, adalah sarana yang paling efektif untuk menyebarkan informasi tentang Papua. Jika selama ini, informasi tentang Papua didominasi oleh pemberitaan di media massa, maka melalui Video Dokumenter, Foto dan Karya lukis, Papuan Voices justru memberikan informasi tentang papua dari perspektif yang berbeda yang justru mampu menampilkan realita kehidupan orang asli papua yang sebenarnya.
Papuan Voices menampilkan 102 Foto, 47 karya lukisan dan 36 Film Dokumenter. Semua karya yang ditampilkan dalam pameran ini adalah hasil karya para film maker, fotografer dan pelukis dari berbagai daerah di Tanah Papua.
Jesslyn Quinn Putri Amilasyah satu diantara pengunjung yang berkunjung ke stand ini mengatakan, apa yang dilakukan oleh Papuan Voices adalah inisiatif yang luar biasa. Ini menjadi penting, agar orang dari luar dapat mengetahui lebih banyak tentang dinamika sosial yang terjadi di Papua.
“Pameran foto dan pemutaran film ini sangat bagus sekali karena memperkenalkan budaya disini (Papua,red) dan ada juga lukisan yang megkritisi pemerintah,” jelas Quinn.
Pengunjung lainnya, Orpa Novita Yoshua juga ikut menjelaskan sambil menceritakan salah satu lukisan karya Toni Malakian. “Lukisan ini menceritakan bahwa mama-mama Papua sangat bergantung pada Hutan karena Hutan Adalah Dapur Bagi Orang Papua yang banyak menyediakan kebutuhan seperti Air, Makanan, tumbuh-tumbuhan yang bisa diolah dan masih banyak lagi,” jelas Orpa, pemudi asal Lembah Grime Nawa.
Sekadar diketahui, selama berlangsungnya rangkaian kegiatan Kongres AMAN, Papuan Voices telah melakukan pemutaran sejumlah film dokumenter. Misalnya pada Selasa, 25 Oktober 2022 film dokumenter yang diputar, yaitu Dari Hutan Kitong Hidup, Kehidupan di Kota Mobak, Pos Belanda Pertama di Lembah Baliem, Kembali ke Jalan Leluhur, Daerah Hilang, Kembali ke Kampung, Agmai, Moinyayo Hekhe Mokhanate?, Dan Rumah Budaya Menua Sungai Utik.
Selanjutnya, Rabu, 26 Oktober 2022 diputar film dokumenter Kisah Masyarakat Adat Mempertahankan Tanah dan Hutan yaitu Hak Atas Tanah, Kesepakatan Rahasia, Mama Kasmira Pu Mau, Demi 1%, Taktik Perusahaan dan Sang Penjaga.
Pada Kamis, 27 Oktober 2022, film dokumenter yang diputar antara lain, Perempuan Penjaga Tanah dan Hutan yaitu Penjaga Dusun Sagu, Hutan Perempuan, Mama Mariade, Sasi Ibu-ibu Raja Ampat, Pejuang-pejuang perempuan dari sungai Kerbau dan Tenggelam. Bagi warga yang tidak sempat mengikuti pemutaran film-film dokumenter ini, dapat menghubungi langsung narahubung Papuan Voices di Khalkote selama berlangsungnya Kongres AMAN hingga 30 Oktober 2022. (Ikbalasra)