Twitter Instagram

60 Jenis Tumbuhan dalam kehidupan Masyarakat Kampung Auki Padaido

Letak Kampung Auki di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua. (Sumber : Google earth)

Hasil penelitian mahasiswa kehutanan Universitas Papua, Hendra Fatubun, di Kampung Auki pada 2003, membeberkan bahwa telah teridentifikasi terdapat kurang lebih 60 jenis tumbuhan berkayu yang menjadi penopang hidup masyarakat di Kampung Auki Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.

60 Spesies (jenis) tumbuhan berkayu ini dimanfaatkan dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai makanan, alat rumah tangga, magis, obat-obatan,bahan bakar, bahan bangunan,  seni dan kerajinan. (Jenis-jenis tumbuhan berkayu yang disebutkan dalam tulisan ini menggunakan bahasa ilmiah. Jika pembaca ingin mengetahui bentuk fisik daun atau pohonnya, caranya adalah dengan copy paste nama ilmiah tersebut di google)

Penggunaan tumbuhan berkayu yang paling banyak adalah untuk peralatan dan perkakas,hal ini disebabkan karena kegiatan berburu dan nelayan merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Auki,sedangkan bentuk pemanfaatan yang sedikit persentasenya adalah pemanfatan tumbuhan berkayu sebagai bahan magik. Ini disebabkan minimnya informasi yang diperoleh peneliti tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan magis dan masyarakat masih memegang peraturan yang mengatakan bahwa informasi tentang magis hanya boleh diketahui oleh anggota keluarga dalam satu marga.


Untuk kebutuhan bahan makanan, ada 18 jenis yang dimanfaatkan masyarakat Auki. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah buah yaitu sebanyak 15 jenis, daun sebanyak 2 jenis dan kulit sebanyak 2 jenis serta batang sebanyak 1 jenis.

Cara pemanfaatan tumbuhan sebagai makanan masih sangat sederhana,tetapi pada beberapa jenis tumbuhan masyarakat sudah mengenal cara pengolahan seperti pada Bruguiera parviflora (Roxb.) (Rhizoporaceae), dan Inocarpus fagiferus(Papilionaceae) sedangkan jenis yang dimanfaatkan langsung antara lain : Syzygiumsp. (Myrtaceae), Genlostoma sp. (Logoniaceae), Parartocarpus venenosa.(Moraceae), Decaospermum frutiecosum. (Myrtaceae), Prunus sp. (Rosaceae),Myristica hollrungi Warb. (Myristicaceae),Horsfieldia irya (Gaerth) Warb.(Myristicaceae),Garcinia sp.(Guttiferae),Arthocarpus sp. (Moraceae), Syzygium sp.(Myrtaceae),Gardenia sp.(Rubiaceae),dan Pometia sp. (Sapindaceae).

Selanjutnya untuk bahan bakar, ada 6 jenis tumbuhan berkayu yang dimanfaatkan, antara lain Intsia sp., Manilcara fasciculat,Lynocieramacrophylla. Wall., Pometia sp.,Casuarina equisetifolia, Glacidio sp. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan bakar adalah bagian batang dan jenis yang dinilai paling mudah menghasilkan api adalah Lynociera macrophylla. Wall dari famili Oleaceae. Semua jenis yang dimanfaatkan berasal dari hutan di sekitar perkampungan.

Berikutnya untuk alat rumah tangga ada 13 jenis tumbuhan berkayu yang digunakan, antara lain Intsia sp.,Erythrina orienttalis, Buchanania arborencens, Podocarpus amarra, Hibiscustiliaceae,Dracontumelum edule Bl., Pometia sp. dan Genlostoma sp. Jenis-jenis ini dipilih oleh masyarakat karena memiliki tekstur kayu yang baik,mudah diolah dan tahan lama. Jenis Intsia sp. biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan gagang parang,bale-bale sagu, meja, kursi, lemari,peti, dan tempat tidur, sedangkan Intsia sp.digunakan masyarakat sebagai korek api dan Gnetum gnemon. L. kulitnya digunakan sebagai bahan pembuatan sumbu pelita. Bagian batang menempati urutan pertama sebanyak 12 jenis dan kulit sebanyak 1 jenis.

Kemudian untuk berburu, jenis tumbuhan berkayu yang digunakan adalah jenis Manilcara fasciculata dan Intsia sp. Keduanya digunakan sebagai gagang tombak berburu, sedangkan busur panah biasanya menggunakan bambu, tali busur menggunakan rotan dan anak panah menggunakan batang Glacidion sp.
Untuk pembuatan perahu ada 24 jenis tumbuhan yang digunakan, antara lain Baccaurea sp.,Palaquium amboinensis,Paraseriantes falcataria, Terminallia sp., Polyalthia sp., Sterculia shillinglawii.Mild Br. Hibiscus tiliaceus L.,Arthocarpus comunnis. Dracontumelum edule Bl.Myristica hollrungii Warb., Polyalthia sp. dan Paraceriantes falcataria. Kriteria yang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu antara lain mudah dikerjakan dalam pembuatan perahu, ringan agar mudah terapung dan tahan terhadap serangan hama perusak.

Pemanfaatan jenis tumbuhan berkayu lainnya adalah sebagai bahan pembuat kacamata selam, senapan menyelam,dayung, dan tempat penggulung nilon.Kacamata menyelam biasanya menggunakan jenis Psychotria, Callophylum sp danPsychotria sp. Sedangkan senapan menyelam digunakan jenis Intsia sp. Untuk pembuatan dayung biasanya digunakan jenis Polyalthia sp., Manilcara fasciculata,Diospyros peekelii L., dan Intsia sp.
Sebelum mengenal nilon yang merupakan introduksi dari luar, masyarakat di Kampung Auki dalam kegiatan menangkap ikan menggunakan jaring dan nilon yang terbuat dari kulit kayu yang diambil dari jenis Gnetum gnemon. L. untuk penggulung nilon biasanya menggunakan jenis Sterculia shillinglawii. Mild. Br., dan Hibiscustiliaceus L.

Penggunaan jenis kayu sebagai bahan pembuatan perahu menempati urutan terbanyak yaitu 24 jenis hal ini disebabkan karena perahu merupakan peralatan yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat Auki dan merupakan sarana yang mendukung mata pencaharian utama sebagai nelayan. Sedangkan untuk kegiatan pertanian hanyamenggunakan 1 jenis hal ini disebabkan karena kegiatan pertanian yang dilakukan masyarakat Auki hanya merupakan kegiatan sampingan.

Selanjutnya ada 2 jenis tumbuhan yang digunakan untuk kekuatan magis yaitu Hibiscus tiliaceus.L.dan Vavaea sp.Kedua jenis tumbuhan berkayu ini berasal dari sekitar perkampungan dan dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menyembuhkan luka akibat Suanggi /kekuatan supranatural.
Sementara untuk bangunan rumah diketahui ada 20 jenis tumbuhan berkayu yang digunakan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan bangunan adalah bagian batang.

Penampakan fisik daun dari beberapa jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Auki Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor.(Dok.Hendra Fatubun)

Jenis kayu yang digunakan sebagian besar tergolong kayu keras,alasan pemilihan jenis kayu tersebut antara lain, mudah dipaku, tahan lama (tidakcepat lapuk) dan tahan terhadap binatang laut (khususnya rumah berlabuh). Jenis yang digunakan sebagai tiang rumah adalah Callophylum inophyllum,Buchanania arborencens,Erythrina orienthalis, Inocarpus fagiferus, Homonocajavensii. Muell. Arg., Ytoa stapfi Stend.,Premna corymbosa R.et.W.Verb.,Endospermum moluccanum. Becc., Syzygium sp., Intsia sp. sedangkan yang digunakan sebagai kerangka atap adalah jenis Macaranga tanarius. M.A., Diospyrospeekelii. L., Alstonia spectabilis, Pittosporum sp dan Manilcara fasciculata.
Jenis-jenis yang dimanfaatkansebagai dinding adalah Erythrina orienthalis, Ytoa stapfii. Stend.,dan Myristicahollrungii Warb. Sedangkan untuk kaki rumah berlabuh banyak dipakai Erythrina orienthalis Famili Papilionaceae yang dinilai mempunyai kelebihan daripada jenis lain dan dipakai secara turun - temurun antara lain tahan lama,tahan terhadap serangan hama perusak dan mudah didapat.

Selanjutnya untuk obat-obatan, teridentifikasi ada 12 jenis tumbuhan yang dapat mengatasi lebih dari satu macam penyakit, misalnya,Alstonia sp.,Leea angustifolia, Pongamia pinnata. Merr.,Dioscorea sp.,Scaevola sericea, Intsia palembanica, Cinammomun culilawang,Morinda citrifolia,dan Pleomele angustifolia (Roxb.).

Ada 16 jenis penyakit yang dapat disembuhkan oleh tumbuh-tumbuhan tersebut yaitu sakit perut, malaria, capek, luka, bisul, penambah nafsumakan,obat cacing, sakit gigi, mempertinggi badan bagi anak yang berumur 0-5tahun,obat asma, obat untuk ibu hamil, tumor, dan obat batuk. Masyarakat Auki juga mengenal jenis tumbuhan beracun yang digunakan sebagai racun untuk membunuh hewan. Tumbuhan beracun yang dimaksud tersebut adalah Homalanthus sp.


Bagian daun paling banyak digunakan dengan jumlah 8 jenis. Tumbuhan yang daunnya digunakan adalah Pemphis acidulata Forst.,Alstonia sp.,dan Leea angustifolia.
Sedangkan bagian buah yang digunakan ada 3 jenis antara lain Scaevola sericea,Morinda citrifolia,dan Pleomele angustifolia(Roxb.). Buah Scaevola sericea
digunakan untuk mengobati penyakit malaria dengan cara buah diambil,ditumbuk lalu dicampurkan dengan air, kemudian diminum oleh penderita penyakit malaria.

Bagian kulit tumbuhan berkayu yang digunakan sebagai bahan obat ada 3 jenis yaitu Alstonia sp.,Terminalia sp., dan Cinammomun culilawang. Kulit Cinammomun culilawang digunakan untuk mengobati pendarahan dan tumor. Cara pengolahannya yaitu kulit kayu dikikis, hasil kikisan dicampur dengan minyak kelapa lalu oleskanpada luka yang mengalami pendarahan.
Penggunaan akar tumbuhan berkayu sebagai pembuatan obat-obatan ditemukan hanya 1 jenis yaitu Pongamia pinnata. Merr. Akarnya digunakan untuk mengobati penyakit asma.

Dalam pengolahannya ada beberapa syarat yang digunakan yaitu pada waktu pengambilan akar tanaman harus dimbil pada pagi hari dan sebelum ada orang yang mendahului datang ketempat pengambilan akar juga yang perlu diperhatikan adalah akar tersebut harus telah terkena sinar matahari pagi. Setelah akar diambil kemudian akar direbus dengan air lalu sampai mendidih sari yang diperoleh diminum oleh penderita penyakit asma.

Cara penggunaan tumbuhan sebagai obat masih sangat sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan semua penggunaan tumbuhan obat dalam bentuk tunggal,yang dimanfatkan secara langsung atau melalui proses dikeringkan, dibakar dan direbus atau dipanaskan dekat api.

13 jenis tumbuhan yang digunakan semuanya berasal dari hutan, hal ini menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat secara turun temurun tentang tumbuhan obat yang berasal dari hutan masih tetap ada. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden hanya satu jenis tumbuhan obat yang dipasarkan yaitu Pemphis acidulata Forst dari Famili Lythraceae.

Berikutnya tumbuhan yang digunakan untuk kerajinan, tercacat 11 jenis. Masyarakat yang berada dikampung Auki telah mengenal seni ukiran. Hal ini dapat dilihat dari ukiran-ukiran yang terdapat pada dayung perahu,ukiran patung dan ukiran yang terdapat pada gagang parang.Jenis kayu yang digunakan sebagai bahan ukiran adalah Erythrinaorienthalis,Intsia sp., Diospyros peekelii L.,Podocarpus amarra,Pometia sp.,Callophylum sp. dan Genlostoma sp.

Dari jenis-jenis yang digunakan sebagai bahan ukiran, jenis Diospyros peekelii L. yang diberikan perlakuan khusus, yaitu direndam selama±1-3 hari dengan tujuan tekstur kayu semakin nampak jelas dan membuat kayu lebih tahan lama, sedangkan untuk pewarnaan biasanya di ambil dari cumi-cumi untuk warna hitam dan warna biru diambil dari buah Genlostoma sp..
Masyarakat di Kampung Auki menggunakan jenis Erythrina orienttalis sebagai bahan pembuatan tifa, sedangkan Alstonia sp dan Endospermum moluccanum.Becc. sebagai bahan pembuatan ukulele dan bas.

Untuk bahan pembuat baju daerah dan noken, jenis yang digunakan yaitu Gnetum gnemon. L.,dan Hibiscus tiliaceus. L. Cara pembuatan baju dari kulit kayu adalah kayu diambil lalu direndam bersama dengan kulitnya selama ± 2-4 hari, kemudian kulit kayu dilepas lalu dijemur hingga kering setelah itu kulit kayu dipilah-pilah menjadi bagian kecil dan dianyam.

Pengetahuan pemanfaatan jenis tumbuhan berkayu sebagai bahan makanan,bahan bangunan, bahan bakar, obat-obatan, alat rumah tangga, alat seni dan hasilkerajinan, alat bercocok tanam, berburu dan nelayan serta alat transportasi) diturunkan dari orang tua kepada anaknya biasanya didasarkan pada kepatuhan dan kerajinan anak tersebut.
Pola transfer pengetahuan yang dilakukan oleh masyarakat suku Biak dikampung Auki tidak dilakukan melalui suatu lembaga tertentu, melainkan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diajarkan di dalam rumah dan di sela-sela aktifitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, menunjukkan tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya dikuasai oleh orang tua tertentu, sedangkan pengetahuan tentang magik tidak semua orang dapat melakukannya, hanya orang-orang tertentu yang bisa. Orang yang memiliki pengetahuan ini tidak sembarangan menurunkan kepada orang lain.

Pola konservasi tradisional yang dilakukan oleh masyarakat suku Biak dikampung Auki ada tiga yaitu pola konservasi tanaman, pola konservasi hasil laut,dan pola konservasi tumbuhan. Pola konservasi yang biasanya di sebut dengan Sasisen sudah dikenal masyarakat suku Biak dan berlangsung secara turun temurun. Sasisen digunakan untuk mengatur sumber daya alam darat misalnya kebun kelapa atau pinang. Sedangkan untuk sumberdaya alam laut juga masih diberlakukan.Pemilik kebun akan meminta pihak gereja untuk mendoakan kebunnya untuk tidak diambil selama masa tertentu. Jangka waktunya biasa 6 bulan sampai dengan 1 tahun.Setelah didoakan oleh gereja maka tidak seorang pun yang berani mengambil hasilnya karena takut dengan kutukan Tuhan.(abe yomo)