Twitter Instagram

Fa Jaleng, sebuah kearifan lokal perlindungan tanaman dari Masyarakat Adat Skouw

Nampak Fa Jaleng yang sudah diikat pada batang pohon Pinang. Sebagai tanda pohon pinang ini dilindungi oleh pemiliknya untuk tujuan tertentu.(Foto : Klemens Membilong)

Masyarakat adat di Wilayah Adat Tabi pada umumnya dan orang Skouw khususnya mempunyai sebuah cara yang unik dalam menjaga tanaman Pinang di dusunnya. Cara itu disebut dengan istilah Fa Jaleng, dimana batang pohon pinang tertentu diikat dengan daun pinang atau daun kelapa, sebagai tanda larangan agar orang lain tidak boleh mengambilnya buahnya.

Posisi ikatan ini biasanya setinggi jangkauan tangan orang dewasa atau 1,5 – 2 meter dari atas tanah. Hal ini menandakan, pohon tersebut  dilindungi oleh pemiliknya untuk tujuan tertentu. Sehingga siapapun orang di kampung itu tidak boleh menyentuhnya atau mengambil buahnya.

Yulianus Kemo (47) saat disambangi hutanpapua.id di kediamannya di Skouw Mabo menuturkan bahwa Fa Jaleng dalam bahasa Skouw, Fa artinya Pinang, Jaleng artinya larangan. Jadi dapat diartikan sebagai tanda larangan untuk mengambil buah pinang. Fa Jaleng ini biasanya diikatkan pada pohon pinang jika ada keperluan dari si pemilik dusun seperti ada acara di kampung beberapa waktu ke depan, juga agar buah pinang itu bisa tinggal sampai cukup matang untuk diambil dan dijual ke pasar ataupun untuk dijadikan bibit.

“Kalau kitong jalan masuk dusun dan lihat Fa Jaleng ada dong ikat di pohon pinang berarti itu pemilik dusun kasi tanda supaya tong jangan ambil karena de ada perlu,” ujar Yulianus yang juga adalah Ketua Karang Taruna Temäwo Kampung Skouw Mabo.

Namun dalam perkembangannya, tradisi ini mulai tergerus zaman. Fa Jaleng bahkan sering diabaikan oleh sesama warga kampung. Warga yang bukan pemilik pohon pinang bisa dengan berani melepas ikatan Fa Jaleng dan mengambil buahnya, sementara pelanggarnya tidak diberikan sanksi adat.

Fa Jaleng adalah kearifan lokal yang sebenarnya patut dilestarikan, karena mengandung nilai-nilai positif yang memberikan pembelajaran berharga tentang respek dan saling menghormati antar sesama. Dari tradisi ini, manusia juga diajarkan bagaimana menjaga hubungan antara dirinya dan tanaman yang ditanamnya agar saling mendukung untuk menjaga kehidupan yang berkelanjutan.

Fa Jaleng ini adalah salah satu kearifan lokal orang Papua yang masih bisa dijumpai di daerah Skouw atau sering disebut dengan istilah Pepas (Pesisir Pantai Skouw) yang terdiri dari tiga kampung yakni Skouw Sae (Tehupa), Skouw Mabo (Temäwo), dan Skouw Yambe (Tetangpeng).

Ketiga kampung ini berada di wilayah Distrik Muara Tami, distrik paling timur Kota Jayapura yang berbatasan darat langsung dengan negara tetangga Papua New Guinea. (Klemens Membilong)