Twitter Instagram

Jelang Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN-VI) , pegiat lingkungan di Jayapura menggaungkan kampanye Save Cenderawasih

Kongres Masyarakat Adat Nusantara ke enam atau KMAN-VI yang berlangsung di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua pada tanggal 24-30 Oktober dengan ribuan peserta akan bermusyawarah membahas berbagai macam persoalan dasar serta eksistensi Masyarakat Adat di tengah arus pertumbuhan zaman yang terus berjalan.

Membawa tema “Bersatu Pulihkan Kedaulatan Masyarakat Adat untuk Menjaga Identitas Kebangsaan Indonesia yang Beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis ” diharapkan menjadi suatu hal yang menjadi realistis lewat Kongres yang dilakukan.

Di luar agenda pelaksanaan KMAN-VI , ada sekelompok pemuda pegiat lingkungan kembali mengingatkan berbagai pihak yang terkait di dalam KMAN-VI agar lebih memperhatikan satwa endemik Papua, burung Cenderawasih yang masih sering diburuh , diperdagangkan, dan dijadikan cinderamata oleh beberapa pihak.

Dengan mendukung dan mengakui perjuangan Masyarakat Adat Nusantara , para pemuda ini sangat berharap agar di KMAN-VI tidak ada penyematan Mahkota Cenderawasih lagi karena menurut mereka cukup sudah hutan dibabat dan hasil laut diambil , jangan lagi satwa yang dilindungi menjadi korban lewat acara-acara seremonial.

Dalam Undang-undang No 5 tahun 1990 serta diperkuat lagi dengan Surat Edaran Gubernur Papua pada 2017 lalu sudah sangat jelas , namun kenyataan selalu berbanding terbalik di lapangan.

Dukungan juga pun datang dari berbagai pihak untuk bergabung dalam kampanye penyelamatan satwa endemik Papua menjelang KMAN-VI, ” yah kitong dapat dukungan solidaritas yang kuat untuk terus mengkampanyekan penyelamatan satwa ini, dorang yang dukung semua kebanyakan dari luar Papua dan Indonesia, ini dramatis menurut sa karna kitong pu orang belum banyak yang sadar, untuk di luar ada teman-teman dari Asia Tenggara, Eropa , dan Amerika ” tandas seorang pegiat lingkungan yang enggan disebutkan namanya.(ayaine/ecodefender jayapura)